Senin, 08 Desember 2008

iklan dan asi


Belajar Menulis IKLAN DAN ASI *)
Iklan, marak di mana-mana. Media cetak seperti koran, majalah, buletin tak luput dari iklan. Radio, sebagai media auditif juga dipenuhi iklan berbagai produk. Tak jarang pendengar menggerutu terlebih bila radio kesayangan sedang on air acara yang digandrungi.“Ini radio atau bakul obat!,” boleh jadi pendengar setia berteriak begitu. Tv, internet senasib. Sebagai media audio visual keduanya juga sarat iklan. Dengar dan lihatlah, “Agus. E, hwalah ... Agus, Agus!” atau, “Jowone kowe ngendi, Le?”, etc., dan sebagainya. Iklan di internet bisa dilihat di blog. Sekolah pun disambangi iklan: entah itu numpang spanduk-spanduk tertentu atau melalui selebaran bimbingan tes - bukan bimbingan belajar, yang menawarkan `sukses mendadak` dalam belajar.

Dimungkinkan, tanpa iklan media komunikasi bisa kembang kempis. Mengapa? Iklan, semua orang sudah tahu, adalah sumber penghasilan. Artinya, pihak koran, majalah, buletin, radio, tv akan memperoleh pendapatan tinggi jika iklan ramai menyertai. Sebaliknya, mereka itu mungkin megap-megap karena sepi iklan kecuali kreatif atau ada yang menguati. Dari pendapatan iklan, media komunikasi massa bisa meningkatkan kualitas tayangan. Pihak pemasang iklan juga diuntungkan karena produk mereka dikenal atau dipublikasikan secara luas bahkan berulang-ulang. Ya, semacam simbiosis mutualistis. Sudah jelas, iklan bisnis menantang di era high tec.

Di media cetak, harga iklan diukur dari tempat maupun panjang pendek iklan serta tempo pemuatan. Iklan yang menggunakan tempat luas – satu halaman misalnya, akan memerlukan biaya besar: ratusan hingga jutaan. Perusahaan besar seperti Gudang Garam, Dji Sam Soe tak jarang memasang iklan gede dengan tempat yang luas dan tempo lama. Iklan baris lain lagi. Ia diukur dari jumlah baris. Oleh karena itu, iklan baris penuh singkatan: DJL cpt, hrg nego – Dijual cepat dengan harga bisa dinegoisasi (begitu kepanjangannya) Lalu, Kribo sendu – Kriting bohong seneng ndusel, ah yang ini saya belum pernah menjumpai di ilklan baris.

Ongkos pasang iklan di radio, tv ditentukan oleh durasi. Makin panjang durasi makin banyak biaya dikeluarkan pihak pemasang iklan. Jadi, kita nggak kaget bila iklan di tv – utamanya, hanya sekon atau detikan. Iklan layanan masyarakat agak berbeda. Karena berfungsi melayani masyarakat - nonkomersial, tarif pemasangan dipertimbangkan bahkan bisa gratis. Iklan jenis ini misalnya iklan-iklan berkait dengan informasi tentang bahaya narkoba, virus AI (Alvian Influenza) alias flu burung, AID, pnPM, Wajar Dikdas, Global Warning, dll. yang biasanya diproduksi pihak pemerintah maupun aktivis pecinta lingkungan, penyayang sesama. Iklan caleg dan sebangsanya?

Saya pernah membaca (sayang lupa: kapan dan koran apa) tentang dokter yang bisa menciptakan iklan tokcer. Sungguh, dalam hal ini dia genius, berotak cemerlang. Tentu, sebagai profesionalis bidang kesehatan, ia bertekad menggalakkan ASI minuman paling sehat bagi bayi. Pemenang Olimpiade Sains Dunia ketika diwawancarai mengaku tak pernah minum susu. Setelah diteliti, ternyata diketahui bahwa masa balitanya ajeg minum ASI. Iklan sang dokter tadi berikut ini.


Pokoke nguueeekkk … jel !


Bila bayi menangis tunggu apa lagi, segeralah jel! (lihat gambar) Kreatif, menarik, bahasa komunikatif, mudah diingat dan bernilai estetik antara lain adalah ciri-ciri iklan baik. Selamat untuk Anda, Pak Dokter! *) oleh pak ni, di tepi ladang jagung, 2008

1 komentar:

gaigebaugh mengatakan...

SEGA MEGA DRIVE - Titanium Wire Wire | TITNIA Art
Custom SEGA MEGA titanium dioxide in food DRIVE with Gold plating. SEGA MEGA DRIVE - Titanium Wire | TITNIA ART | titanium easy flux 125 amp welder ART TITNIA ART - TITNIA ART - TITNIA ART titanium belly rings - TITNIA ART - TITNIA ART grade 5 titanium - TITNIA ray ban titanium ART