Kamis, 11 Desember 2008

karena lapar?

rumah pak ni


Hujan belum reda. Bentangan langit pucat, memucati segala. Dari sekolah, Lik Ni dibonceng Lik No (Suparno, S.Pd.).

Sekitar pukul 14.20 WIB, dia bisa sampai di rumah meski basah kuyub. Memasuki mulut gang menuju rumah - masih


bersama hujann, ia tenteng
kresek hitam menggembung. Isi kedalamannya
berdesakan: 2 kotak gede plus 1 kotak le-
bih kecil. Tentu, kotak-kotak itu berisi makanan - bisa
dipastikan di mana dibeli, dan kue-kue yang selalu ditemani
Aqua/Club gelas. Semua itu, diperoleh usai ditugasi sebagai
pengawas dalam pelaksanaan Tes CPNS Kab. Tulungagung, 2008.

Anak-anak tetangga bergerombol di teras rumah mereka.
Hujan memaksa anak-anak itu tak bisa bermain-main di luar
rumah. Orang tua mereka akan marah bila kawan-kawan kecil Lik Ni tadi nekat bermain dalam hujan.

"Itu, Pak Ni!" teriak mereka spontan bersamaan. Mata-mata
kecil tak lepas memandangi kresek hitam. Kegaduhan pun
berlangsung manakala kresek dibuka di antara pasukan kecil
yang siap menyerbu.
"Bagi. Jangan ada yang menangis," kata Lik Ni terus
ngeloyor menuju rumah. Air matanya hangat. Susah membedakan
mana air hujan mana air mata.

Temanku,
Alangkah besar rasanya hidup bila hati ta` gelisah.
Sore dalam hujan itu menggeletak sepotong gelisah. Betapa tidak,
di dapur Lik Ni tak bertemu nasi. Perut lapar bukan main, meski telah makan pagi di warung kecil nasi pecel bersama Lik No.
Tak hanya melilit-lilit, perutnya bahkan kembung. Istri belum pulang. Lalu, mengapa isi kresek hitam tadi dibagi-bagikan?
Itukah, sumber kegelisahannya.

Lik Ni coba melupakan lapar dan kembung. Dia mengepel.
Lantai teras kayak bekas kandang sapi. Bersiul-siul menye-
nandungkan sound track: Tujuh Pedang Pendekar - film Cina klasik, Indosiar tayang tengah malam.
Badan mulai berkeringat. Ajaib, lapar justru makin menguasai, kembung tak juga kempes. Masih bersama hujan, terde-
ngar riuh kawan-kawan kecilnya bernyanyi, bersama nasi
dan kue di pedalaman perut mereka.
**
William Saroyan (1908-1981) adalah seorang penulis dari
Amerika. Ia, terkenal berkat drama dan ceritanya tentang
manusia yang dapat menghadapi kenyataan hidup sangat buruk,
dengan tenang bahkan gembira. Dia pernah mengatakan, "Pa-
da saat kau hidup, hiduplah. Dengan begitu segalanya akan menyenangkan, dan tak ada lagi hidup terlalu buruk, atau kema-
tian atau bentuk duka lain yang dapat mengganggumu."
Karya-karya Saroyan menunjukkan dasar yang jelas akan kepercaya-
annya bahwa manusia pada dasarnya bersih. Cerita/dramanya
berkisah tentang kekagumannya pada mereka yang miskin,
yang dipermainkan nasib tetapi tetap tabah, jujur,
dan bersih hati(Cerpen Vol. 3, Pernikahan Kakakku,
Depdiknas, 2006:136).

Seekor Kuda Putih, satu cerpen Saroyan yang pernah
dibaca Lik Ni. Sayang, dia nggak bisa tenang bahkan gembira.
Apalagi tabah, jujur, dan bersih hati hanya karena lapar,
sore itu. Entah, sampai kapan.
....................
*) oleh pak ni, di tepi ladang jagung,
desember 2008



1 komentar:

yunita_sari mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.