Selasa, 06 Januari 2009

BELAJAR MENULIS ARTIKEL (2)

Jonet yang Inspiratif: Refleksi Pengalaman Pembelajaran Sastra
Oleh Lik Ni

“Gambar kartun itu inspiratif. Ia, bisa memberi inspirasi
pada pembelajaran menulis puisi bebas.”


Gambar kartun Jawa Pos mayoritas sederhana. Bertajuk Senyum itu Sehat gambar-gambar itu tampak asal-asalan, seperti sekenanya dibuat. Isi, mengikuti nama tajuk: hal-hal lucu (humor) yang tidak susah dipahami. Yang lucu dikemas beragam, misal dalam peristiwa tak diduga (surprise), tak lazim terjadi, irasional, yang dianggap remeh, dan lain-lain. Kartun-kartun tadi cukup kontekstual, bermakna karena akrab dengan tema-tema dunia nyata.

Meski humor kelihatan remeh dan bersifat santai, ia memiliki fungsi penting. Fungsi utama humor penghibur hati karena dapat menyalurkan ketegangan batin (Danandjaja, 2005). Dari penelitian kita tahu, bahwa humor dapat meningkatkan kesehatan secara fisik dan mental (Halim Putra, 2002). Sementara itu, kartunis bukan sekedar tukang gambar. Ia bagian dari team research. Di Australia kartun merupakan kajian budaya (http://etnografi.net/?p=21). Ternyata, modal kartunis bukan kemampuan menggambar saja. Lebih dari itu, sangat diperlukan pemahaman mendalam tentang kebudayaan.

Jonet
Jonet, satu kartun humor Jawa Pos (Selasa, 6 November 2007), bisa difungsikan sebagai media pembelajaran menulis puisi bebas. Selain sederhana-lucu-mudah dipahami-tematik (tentang bencana alam)-menghibur-bermuatan budaya (kebiasaan santai), ia efektif melahirkan karya baru: puisi bebas. Ini berarti, Jonet inspiratif bagi proses penciptaan puisi bebas.

Satu tahapan proses penciptaan bisa dilalui: menemukan apa isi Jonet. Pertanyaan pemandu dijawab dulu. Mengapa? Pertanyaan pemandu, tak lain dari pertanyaan yang difokuskan mengetahui apa isi Jonet. Bila jawaban atas pertanyaan pemandu dirangkum, rangkuman itulah isi Jonet. Pertanyaan pemandu – sebagai teknik bertanya yang dipilih guru, adalah upaya menggiring siswa menemukan sendiri (teknik inkuiri) isi kartun humor karya Arafat di atas.

Isi cerita Jonet - yang ditulis dalam bentuk prosa, diubah menjadi puisi bebas. Caranya, prosa dipadatkan, kata-kata dipilih (diksi), persamaan bunyi (rima) dan gaya bahasa dibuat, baris-baris atau bait ditentukan. Semua itu, rentetan proses belajar siswa agar bisa mencapai salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran sastra: mampu menulis puisi bebas.

Mari kita lihat karyaYongki Zulkarnaen IX B, 20072008 berikut ini.

KELUD AKAN MELETUS (prosa)
Hari Minggu sekitar jam 15.00, di desa Tegal Makmur diinformasikan BMG bahwa gunung Kelud akan segera meletus. Oleh pamong desa seluruh warga disuruh mengungsi ke penampungan. Mereka semua repot membawa harta benda. Pak Sabar dan kerbau sedih. Pak Saleh dan kambing kesal cemberut. Mbah Darmo tidak begitu. Bersama Mico bebeknya, ia ke penampungan dengan santai sambil merokok.

KISAH SEDIH (puisi bebas: hasil mengubah prosa)
Sendiri larut dalam lamunan
Rasa belas kasih, saudara-saudaraku dilanda ketegangan
Gunung Kelud berdiri akan semburkan lava lukai isi bumi
Mengapa harus terjadi, kasihanilah mereka dilanda sedih harus mengungsi
membawa sejuta luka di hati, harta benda agar tidak menjadi korban
kuatkanlah hatimu percayalah
Setiap penyakit pasti ada obatnya!

Sedikit Bahagia
Meskipun belum disunting, cenderung prosa karena sekedar menyusun ke bawah laiknya baris-bait puisi, dan jauh dari kerumunan teori formal sastra; puisi bebas Yongki itu fenomena berpikir aplikatif. Ini, tingkatan ke tiga dalam domain kemampuan berpikir (kognitif): pengetahuan>pemahaman>aplikasi>analisis>sintesis>evaluasi (Bloom,1997). Sebatas aplikatif, bagi siswa SMP sudah lumayan. Baris terakhir `Setiap penyakit pasti ada obatnya!` cermin kemampuanYongki mengaplikasikan data hasil mengamati Jonet.

Kelas kocak, sebentar tertawa sebentar serius. Guru, tak musti mbayol bila ingin siswa enjoy belajar menguasai kompetensi. Itu berlangsung saat siswa memberi nama pelaku dan seting imajinatif semisal Sabar, Saleh, Darmo, Mico bebek, dan Tegal Makmur. Semua itu tak ada dalam gambar kartun Jonet. Dari sini, siswa belajar membuat hubungan (asosiasi) sekaligus berimajinasi. Kelud bereaksi diasosiasikan dengan penyakit. Tegal Makmur image lahan subur, melahirkan Kisah Sedih (judul puisi) bila Kelud lukai isi bumi. Asosiasi, imajinasi itu bagian dari proses kreatif penciptaan karya sastra.

Musim tak menentu, bencana silih berganti penyakit, antri kayak inlander, langka pupuk jadi langganan, krisis finasial lalu korupsi: memberi inspirasi apa? Guru, bisa sedikit bahagia berkat Jonet sang gambar kartun karya Yunus Arafat, yang inspiratif.

Tidak ada komentar: